ClassMet
Aku ragu apakah aku bisa dengan biasa berhadapan denganmu. Ini akan menjadi kebersamaan kita yang pertama kali dalam sebuah forum kecil. Dengan pasti kita harus saling berkomunikasi, mau tidak mau, aku harus berinteraksi denganmu. Padahal karena malu, aku sebisa mungkin menghindari interaksi denganmu. Tetapi karena acara ini aku harus melakukan hal itu.
Memikirkannya saja membuatku bingung, gugup dan menghidar agar aku tidak harus secepatnya berkomunikasi denganmu. Aku takut salah tingkah dan membuat diriku malu sendiri di depanmu.
Untuk kesempatan pertama, aku dapat menghindar. Untuk kesempatan kedua, lagi-lagi aku dapat menghindari hal itu. Mulai kesempatan ketiga inilah, aku mau tidak mau harus hadir dan bertemu kamu.
Kegugupanku sudah dimulai sejak awal acara. Bahkan sebelum acara dimulai pun, perlahan-lahan jantungku berdedak lebih kencang. Apalagi saat aku bersiap diri untuk menyuarakan kegiatanku dihadapan kamu. Kegugupanku bertambah dan detak jantungku bertalu sangat cepat. Apalagi saat kamu memperhatikanku langsung. Saat mata kita saling bertemu. Dan itu menambah kegugupanku. Walau akhirnya semua berjalan lancar dan aku tidak begitu mempermalukan diriku sendiri. Karena waktu itu aku sempat lupa apa yang harus aku sampaikan.
Pertemua keempat. Atas inisiatifku sendiri, karena ada beberapa hal yang harus aku ubah dalam peraturanku. Aku bertemu dengan kamu. Hanya kita berdua yang saling berkomunikasi, walaupun di ruangan itu ada orang-orang lain. Tetapi fokusku hanya kepada kamu. Waktu itu, untuk kegugupanku tidak datang lagi. Aku cukup santai berbincang denganmu. Dan itu adalah pertama kalinya, benar-benar pertama kalinya kita berbincang dengan properly. Itu pertama kalinya kita berbicara cukup lama. Itu pertama kalinya bagiku untuk benar-benar memandangmu, memandang wajah kamu, mata kamu, dan bibir kamu tanpa takut terpegok oleh orang lain bahkan dirimu karena mencuri-curi pandang kepadamu, karena kita benar-benar saling berbicara. Aku cukup puas melihatmu. Apalagi dari jarak yang cukup dekat.
Lalu saat hari pertama acara dimulai. Waktu itu kita tidak sengaja bertemu. Kamu memintaku untuk tanda tangan kehadiran. Aku nggak bisa melukiskan perasaanku dengan kata-kata saat kamu masih tetap berdiri disampingku, sangat-sangat dekat, mungkin hanya berjarak beberapa centi saja, saat aku harus menandatangani daftar hadir. Kamu memanggilku untuk tanda tangan. Aku mendekat ke arah mu. Kamu menaruh blangko tanda tangan tersebut ke meja. Aku mendekat ke meja itu. Kamu bergeser sedikit dari tempat kamu tadi berdiri. Dan aku mau tidak mau harus berdiri di samping kamu. Dan kamu terus ada di situ sampai aku selesai tanda tangan. Dan itu pertama kalinya bagiku untuk berada di dekatmu dengan jarak yang sangat, sangat, sangat dekat.
Hari kedua acara. Aku hanya bisa memandang kamu dari jauh.
Hari ketiga. Kita berhadapan cukup dekat. Kalau hari pertama kita bersisihan. Untuk hari ketiga ini, kamu benar-benar ada dihadapanku dan kita hanya dipisahkan satu meja. Aku bisa dengan jelas melihat kumis dan jenggot tipis kamu. Sampai sekarang aku masih dapat mengingatnya. Baru pertama kali itu aku benar-benar melihat wajahmu dalam jarak yang cukup dekat walau dalam waktu yang cukup singkat.
Komentar
Posting Komentar