Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Our Eyes

Mungkin memang aku yang sengaja nengok ke arahmu. Atau memang itu suatu kebetulan. Tetapi sepertinya memang akku yang sengaja menengok ke arahmu, karena biasanya jika naik tangga tersebut aku jarang sekali menengok ke belakang. Aku tahu bahwa itu kamu. Aku sudah tahu itu kamu karena aku melihatmu dari seberang koridor. kamu lewat, dan aku yakin kamu akan sampai di titik itu ketika aku naik. Tetapi aku tidak dapat memastikan apakah kamu juga akan melihat ke arah ku. Aku hanya ingin melihat wajahmu walaupun hanya sekilas. Dan keinginan ku untuk melihatmu lebih besar dari pada keinginanku untuk mencoba melupakanmu. Lalu aku melihat ka bawah. Dan kamu ada di situ dan juga melihat ke arahku. Untuk sepersekian detik pandangan mata kita saling beradu. Hampa, itu yang kurasa. Tidak ada senyuman yang mengembang di wajahku setelah aku melihat kamu.

The Story About Us

Kita saling berselisih waktu ketika kita berusaha untuk menyamakan waktu. Kita tidak saling bicara, tetapi kita memiliki pemikiran yang sama. Pemikiran dimana kita terlalu malu untuk mengungkapkan isi hati kita, dan akhirnya membuat kita harus berjalan sendiri untuk menemukan jalan yang terjalin. Kita tidak berani mengungkapkan perasaan kita satu sama lain. Kita justru saling menghindar bila bertemu, bila bertatap muka, bila ada kesempatan untuk sedikit saja saling bercengkerama. Kita saling mencari. Kita saling menebak-nebak pukul berapa kita harus berangkat agar kita bisa saling bertemu ditempat tujuan dengan cara kebetulan. Ketika kita tidak sengaja menemukan waktu yang tepat, yang membuat kita saling bertemu dengan cara kebetulan, kita tidak memerhatikan waktu itu. Di kemudian harinya, kita mencoba untuk mencari waktu yang sesuai lagi. Tetapi apa daya, kebetulan memang cumah kebetulan. Kita tidak bertemu. Setelah itu, kita mencoba terus menerus untuk menyesuaikan waktu kita. Ket...

The Possible Story

This Morning. Di jalan aku kadang berharap bisa bertemu denganmu secara kebetulan. Karena tidak ada kemungkinan bahwa kita akan saling berencana untuk bertemu. Itu semua murni kebetulan agar kita bisa bertemu. Walaupun kadang ada sedikit campur tangan dari kita, terutama dariku, yang mencoba mencocokan waktu kedatangan kita. Aku kadang berharap bisa bertemu denganmu, tatapi aku juga berharap kita tidak bertemu. Karena jika kita bertemu harapanku akan melambung lagi. Aku merasa bahwa kita tidak akan bertemu karena waktu telah beranjak siang. Kamu pasti sudah tiba lebih dulu, seperti kemarin yang hanya terpaut beberapa menit antara kedatanganmu dengan kedatanganku.  Tadi pagi secara kebetulan kita bertemu. Sesuatu yang aku lebih suka menyebutnya impossible karena kamu tidak seharusnya di gedung ini. Kamu seharusnya ada di gedung pertama bukan gedung ketiga ini. Aku senang sekaligus sedih. Aku bingung, apa kemarin hanya khayalanku saat aku mengira bahwa do'aku mulai terkabulk...

Saat Ini

Untuk akhir-akhir ini aku tidak terlalu memikirkan dirimu. Aku dapat menekan keinginanku untuk mencarimu. Mungkin hanya untuk beberapa hari atau beberapa minggu, atau mungkin untuk selamanya. Aku tidak tahu. Mungkin ini jawaban dari Allah untuk do'a-do'a ku tentangmu. Tentang perasaan yang menyakitkan saat aku melihatmu tetapi tidak bisa menggapaimu. Perasaan saat aku begitu menginginkanmu tetapi aku tidak berani untuk mendekatimu. Yang dapat aku andalkan hanya satu, Do'a. Aku memohon jika kamu memang akan menjadi masa depanku, maka aku berdo'a agar kamu segera mendekatiku, dan membuat impian dan khayalanku itu terjadi. Tetapi jika memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama, maka aku harap kamu hilang dari hatiku, dari perasaanku. Aku tidak terlalu berkeinginan lagi untuk mencari-carimu. Mencari kesempatan untuk bertemu denganmu secara kebetulan, Mencari jadwal kegiatanmu. Berusaha untuk dapat bertemu denganmu di jalan. berharap setiap pagi bisa berangkat denganmu...

Jatuh

Aku mulai sadar bahwa kamu tidak akan bisa menjadi milikku. Sejak awal sebenarnya aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi salah satu bagian dari hidupmu. Tapi aku tetap berkhayal, berkhayal terlalu tinggi tentang masa depan kita. Tentang rumah yang akan kita bangun bersama. Tentang apa saja yang bisa kita lakukan. Tentang kita menghadapi dunia ini dengan bersama. Sampai akhirnya aku tersadar dan jatuh. Jatuh dari ketinggian yang sangat mengancurkanku. Meluluhlantakkan duniaku, hidupku juga hatiku. Aku terlalu tinggi berkhayal sampai tidak melindungi hatiku dari kemungkinan-kemungkinan yang selalu aku abaikan. Dari rasa sakit yang mungkin datang saat lapisan mimpi itu kian menipis dan hilang.  Aku menyerahkan terlalu banyak hatiku kepada mimpi-mimpi itu. Tanpa ada tameng, tanpa ada penghalang yang memudahkan racun-racun itu masuk secara perlahan. Aku terlalu percaya bahwa mimpi itu akan menjadi kenyatakaan. Aku masih beranggapan bahwa semua itu bukan hanya sekedar mimpi, tap...