High School Story

Mendengar anak-anak SMP cerita tentang guru yang mereka suka, jadi memunculkan kembali memory tentang masa-masa sekolah dulu. SMP, ketika aku pada saat itu juga tertarik dan suka pada salah satu guru. Dari kelas 1 sampai kelas 3 SMP, aku tetap suka sama guru itu. Padahal waktu kelas 1 bukan beliau yang mengajar, aku hanya melihat sekilas, tetapi aku bisa suka dengan beliau. Sama dengan cerita anak-anak SMP itu, walaupun guru tersebut tidak mengajar dikelas kita, bahkan tingkat kita, tetapi kita bisa suka pada mereka. Kadang kita juga mencari alasan agar bagaimana pun caranya, saat ada kesempatan, kita harus berpapasan dengan guru tersebut.
Suka atau tidak sukanya kita pada suatu mata pelajaran sebagian besar dipengaruhi oleh seberapa suka atau tidak sukanya kita kepada guru yang mengampu suatu mata pelajaran. Aku sendiri, nilaiku cumah rata-rata saat aku kelas 1 untuk mata pelajaran yang juga beliau ampuh, tetapi begitu aku naik kelas 2 dan 3 SMP, nilaiku cukup tinggi atau mungkin malah sangat tinggi karena beliaulah yang mengajar. Aku akui bahwa aku sangat-sangat berusaha agar aku bisa dan menguasai mata pelajaran itu. Bahkan aku kadang menyiapkan beberapa pertanyaan untuk ditanyakan.
Berbeda saat dengan SMP, pada tingkat SMA, tidak ada guru yang membuatku tertarik, jadi untuk mata pelajaran itu, nilaiku cukup baik. Tetapi di SMA ini ada memory yang menarik. Saat itu kelas satu, aku lupa pelajaran apa, yang aku ingat adalah pelajaran tentang agama, entah itu Al-Qur'an Hadits atau Bahasa Arab, aku lupa. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Saat sedang pelajaran biasanya beliau sering kali menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa. Dan entah kenapa aku sering kali ditunjuk. Dimanapun aku duduk, sering kali aku ditunjuk. Mungkin kalau menyebut nama, aku tidak akan heran, tetapi beliau hanya menyebut tempat duduk. saat aku duduk dibaris paling belakang dekat jendela, beliau akan memanggil siswa yang duduk baris paling belakang dekat jendela dan itu adalah aku. Tetapi saat aku pindah ke meja sebelahnya, beliau juga akan bilang barisan kedua dari pintu paling belakang, dan saat teman ku tanya kiri atau kanan, beliau akan bilang kiri, dan itu adalah aku. Hampir setiap mata pelajaran beliau aku sering ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, mungkin lebih sering dari pada siswa yang lain.
Cerita lain, dengan guru yang sama dan kelas yang sama. Saat itu kami diminta untuk menghafal bacaan Sholat berserta artinya dan arti perkatanya. Kita diberi waktu beberapa kali pertemuan untuk menghafal. Ketika hari untuk di cek hafalan tersebut tiba, aku punya firasat bahwa aku akan dipanggil pertama kali. Walaupun tidak sepenuhnya benar, aku memang masuk kloter pertama untuk hafalan, hanya saja aku bukan siswa yang dipanggil pertama, tetapi kedua. Tidak sepenuhnya salahkan perkiraanku. Enaknya sih aku tinggal bersantai setelah hafalan itu. Untung aku juga sudah hafal. ; D
Dan ketika aku cerita ke teman-teman, semua teman ku juga setuju akan teoriku itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Pray