Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Terjebak Perasaan

Lagi. Aku terjebak dalam pusaran perasaan. Berpusat pada kamu yang bahkan aku tidak berani untuk ungkapkan. Aku terbuai oleh perasaan ingin memiliki mu. Aku terbuai oleh hasrat ku untuk bisa berdampingan denganmu. Dalam bahtera bernama rumah tangga. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika kamu akhirnya bersama dengan wanita lain. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika aku akhirnya bersama dengan pria lain. Aku berdo'a agar kamu bisa menjadi milikku, suamiku. Aku berdo'a agar aku bisa menjadi milikmu, istrimu.

With the same Person

Kadang aku berfikir jika dia bisa membaca pikiran, dia akan terkejut jika berada di dekatku. Bagaimana tidak, setiap kali di dekatnya, saat aku melihatnya, aku selalu berteriak dalam hati "Lihatlah aku!" "Aku cinta kamu!" "Jadilah Suamiku!" "Tolong, Jatuh cintalah kepadaku."

Conclusion

Setelah kejadian beberapa hari itu, aku mulai berfikir untuk apa aku menyia-nyiakan perasaanku kepada orang yang belum tentu juga memiliki perasaan yang sama. Aku masing sering berkhayal dan berharap bahwa kamu adalah pasangan hidupku. Lambat laun, aku mulai menyingkirkan perasaan itu. Walaupun aku masih sering berharap bahwa kita jodoh. Walaupun aku masih sering mencuri-curi pandang ke arahmu. Walaupun aku masih sangat menginginkanmu, ingin memelukku dan mengatakan aku cinta kepadamu dan jadilah suamiku saat kita tanpa sengaja berpapasan.

Desperate

Aku menantikan hari itu, dimana kita bisa bertemu. Aku sangat menantikan hari itu, karena kita akan ada di dalam satu ruangan yang sama. Aku sangat sangat menantikan hari itu, karena akhirnya setelah beberapa waktu kita mungkin bisa pulang bersama. Perasaan ku sempat membuncah, melambung sangat tinggi saat aku tahu bahwa kita parkir bersisian. Aku merasa kita ditakdirkan. Untuk sesaat aku merasa senang. Sampai tiba waktu kita pulang. Aku mengira bahwa kamu akan tetap di atas untuk membantu temanmu dan aku sempat kecewa. Tetapi ternyata tidak berselang lama aku turun, kamu juga turun dan itu membuatku bahagia. Mungkin kita bisa pulang bersama? Orang sering bilang bahwa harapan dan kenyataan sering kali tidak beririrang. Aku berharap bisa pulang dengan kamu, tetapi kenyataannya tidak. Kamu lebih dulu pulang. Aku mengira aku dapat mengejarmu. Tetapi kenyataannya kamu melaju cukup kencang dan aku tidak bisa mengikutimu. Padahal biasanya kamu tidak seperti itu. Berb...

------

Aku sempat berfikir untuk mengakhiri semua. Mengakhiri perasaanku kepadamu. Tidak lagi berdo'a agar kamu bisa menjadi pendamping hidupku. Tetapi, lagi-lagi, hanya mengingatmu sesaat mampu membuatku melupakan keinginanku untuk melupakanmu. Hanya melihatmu sesaat, membuatku kembali berdo'a agar kita bisa bersama, disatukan oleh ikatan bernama pernikahan. Tetapi -lagi- apa daya. Keinginanku selalu berubah-ubah. Kadang aku sangat ingin melupakanmu, sampai-sampai aku mencoba untuk sama sekali tidak memikirkanmu. Kadang aku sangat menginginkanmu, sampai-sampai aku berfikir untuk mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu kepadamu. Tetapi, aku tidak memiliki keberanian untuk bilang bahwa aku jatuh cinta kepadamu. Aku menginginkan kamu untuk menjadi pendamping hidupku. Aku ingin kamu menjadi suamiku. Aku terlalu takut, jika kamu akan menolakku, jika kamu akan memandang aneh aku. Aku terlalu takut. Aku ingin kita bersama, tetapi terlalu takut untuk bilang, untuk memulai, untu...

D.A.P.

D.A.P. Singkatan dari namamu. Aku tidak cukup memiliki keberanian untuk mengungkapkan namamu di sini. Padahal aku tahu, blog ini hanya sebuah buku diary ku. Tidak akan ada orang yang membaca blog ini kecuali diriku sendiri. Dan aku tahu pasti bahwa kamu juga tidak mungkin membaca ini. Meskipun begitu, tetap saja aku tidak berani secara gamblang menyebutkan namamu di sini. D.5.A.2.P.6. D _ _ _ _ _   A _ _  P _ _ _ _ _ _

.............

Baru pertama kali ini aku benar-benar merasa kamu dekat denganku. Berdiri sangat dekan denganku. Aku kira kamu akan menunggu sampai aku pergi, baru kamu akan mengambil makan pagi kamu. Tetapi ternyata kamu langsung mengambil dan berdiri di belakangku. Karena aku tadi tahu bagaimana berada di belakang orang lain, jarak itu cukup dekat. Dan kamu tadi sangat dekat denganku. Bahkan lebih dekat dari saat kita saling berbicara waktu itu. Tanpa terpisah oleh meja atau apapu, kamu ada di belakangku. Aku sampai salah tingkah karena tidak tahu harus bagaimana. Mau keluar, tetapi di depanku ada orang lain yang menghalangi jalan keluarku. Saat itu aku langsung berfikir, untung tadi pagi aku semprotkan parfum di bagian belakang tubuhku juga.
Ingin rasanya aku mengatakan kepadamu perasaanku, agar hilang beban dalam hatiku. Aku ingin meneriakan kepada dunia bahwa aku jatuh cinta kepadamu. Aku menginginkanmu. Aku ingin menjadi masa depanmu. Bisakah itu terjadi? Keberadaanmu sangat menggelitik hariku.

Bertahan

"Waktunya mengakhiri", pikirku. Tidak berharap lagi. Tidak menunggu kesempatan datang itu datang. Melepaskan semua yang kuinginkan. Tentangmu. Satu hari, aku mulai menyadari bahwa tidak akan ada masa depan tentang kita. Benang takdir kita tidak akan pernah bertemu dalam satu titik, tidak akan pernah akan berjalan beriringan. Kita hanya berpapasan dalam waktu yang singkat  dalam ruang kehidupan yang bernama pekerjaan. "Waktunya untuk melupakanmu", pikirku. Karena bagi kita tidak ada yang namanya kebersamaan. Kita menjalani kehidupan sendiri yang sangat berbeda. Aku harus melepaskanmu dari dalam hatiku. Aku harus merelakan untuk tidak selalu memikirkanmu.